Sampang, Delikjatim.com – Isu potensi ancaman bencana pada pergeseran musim EL Nino ke La Nina mendapat atensi serius Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur. Tak main-main, untuk mengantisipasi hal itu Pemprov Jatim melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, gelontorkan anggaran guna membentuk Desa Tangguh Bencana (Destana).
Orang nomer satu di lingkungan BPBD Jatim, Gatot Soebroto mengaku, tahun ini pihaknya targetkan pembentukan Destana berbasis Masyarakat, sebanyak 70 Desa. Ia meyakini efektifitas Destana mampu menekan potensi ancaman bencana di Wilayah Jatim.
“Destana berbasis masyarakat ini merupakan wadah edukasi dan sosialisasi penanggulangan bencana terhadap lingkungan Desa. Melalui Destana kita bangun kapasitas masyarakat menjadi pribadi yang tangguh bencana. Hal ini sangat efektif, karena nantinya masyarakat akan lebih mengenali potensi ancamannya, melalui edukasi dan pelatihan peningkatan kapasitasnya. Sehingga dengan demikian, maka tingkat fatalitas masyarakat terhadap dampak bencana sangat minim” ujar Gatot saat dihubungi bidang publikasi FPRB Jatim (28/5/2024) siang.
Per tanggal 17 Januari 2024 kemarin, ucapnya meneruskan, sudah terbentuk Destana sebanyak 1.742 Desa, dari 2.742 Desa yang dimitigasi tercatat potensi rawan bencananya tergolong kategori tinggi.
“Untuk Tahun 2024 ini ditargetkan sebanyak 70 Desa Tangguh Bencana terbentuk, BPBD Jatim bersama tim fasilitator, salah satunya dari FPRB Jatim, sedang merilisnya” kata Gatot dalam keterangan singkatnya.
Hasil pantauan pergerakan rilis Destana tersebut diketahui, terdapat pembentukan Desa Tangguh Bencana yang berlangsung di Balai Desa Pangelen, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang. Senin (27/5/2024).
Alfin Zayn FPRB Jatim menyebut, kegiatan yang ia hadiri ini diikuti sebanyak 60 peserta dari dua Desa. Rinciannya, 30 orang dari Desa Pangelen, 30 orang asal Desa Kamoning. Masing-masing Desa mengutus perwakilan dari pemdes, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pemuda, kelompok perempuan, Kepala Dusun, bidan/kader posyandu, PKK, serta masyarakat.
“Fasilitator dan nara sumber kegiatan dari teman-teman FPRB Kabupaten Sampang, salah satunya Muhammad Hasan Jailani (Ra Mamak). Dan anggaran kegiatan bersumber dari BPBD Kabupaten Sampang” ucap Alfin (28/5/2024) siang.
Rangkaian pembentukannya, ungkap Alfin melanjutkan, akan berlangsung selama 7 hari ke depan. Selama itu para peserta akan dibekali materi tentang penanggulangan bencana. Namun tidak berhenti disitu saja, peserta pun di edukasi dengan konsep diskusi untuk mengenali potensi ancaman bencana di wilayahnya, hingga di bekali cara merumuskan permasalahan dan cara penanggulangannya.
“Mulai dari kajian risiko bencana (KRB), penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Sistem Peringatan Dini, Rencana Evakuasi, dan Rencana Kontingensi, Pembentukan FPRB tingkat desa, dan di hari terakhir nanti akan ada pelatihan PPGD serta simulasi” tegas Alfin.
Dua Desa tersebut nantinya akan memiliki dokumen kebencanaan dan terbentuknya FPRB Desa yang dilegalkan melalui terbitnya SK Kepala Desa setempat, imbuhnya.