20230111_185931
20230111_185931
Shadow
Sosial  

Pengabdian Unair Hidupkan Ekonomi Desa Sukosari dengan Batik Cap

120x600
banner 468x60

Malang, Delikjatim.com – Suasana akrab terlihat di halaman rumah sederhana milik Bu Wati di Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang, Minggu (31/8/2025). Puluhan warga, mayoritas ibu-ibu dan pemuda, larut dalam pelatihan batik cap yang digelar sebagai bagian dari program pengabdian masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair).

Program bertajuk “Pengembangan Produk Unggulan untuk Penguatan Ekonomi di Wilayah Risiko Bencana” ini dipimpin oleh Nugroho Sasikirono, SE., MM. bersama timnya. Tujuannya tak hanya melestarikan batik sebagai warisan budaya bangsa, tetapi juga membuka ruang pemberdayaan ekonomi warga desa.
“Pelatihan ini diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas sekaligus memperkuat ekonomi masyarakat Sukosari. Batik bisa menjadi produk unggulan desa,” ujar Nugroho.

Dalam kegiatan itu, Bu Wati—pengrajin batik lokal sekaligus pemilik usaha batik cap dan tulis—menjadi mentor utama. Dengan telaten, ia memperkenalkan peralatan, teknik pengecapan, pewarnaan, hingga proses nglorot atau meluruhkan malam pada kain batik.
“Yang penting sabar dan telaten. Membatik bukan sekadar keterampilan, tetapi juga seni yang butuh hati,” tutur Bu Wati.

Peserta tampak antusias. Mereka bergantian mencoba mencap kain dengan malam panas, kemudian mewarnai motif menggunakan kuas. Proses berlangsung sekitar enam jam, lengkap dengan istirahat singkat. Tak sedikit yang mengaku baru kali ini merasakan langsung rumitnya membatik.

Bu Ilil, salah seorang peserta, mengungkapkan pengalaman paling berkesan adalah saat kebersamaan dengan warga lain sambil belajar teknik batik cap. “Ternyata membatik tidak mudah. Butuh kesabaran. Tapi saya senang, jadi lebih percaya diri karena didukung Bu Wati,” katanya.

Tim pengabdian masyarakat juga mencatat, usaha batik Bu Wati masih menghadapi kendala dari sisi produksi. Saat ini, ia hanya dibantu seorang pegawai tetap dan lima pekerja paruh waktu. Melalui pelatihan ini, warga yang berminat diharapkan dapat menjadi tenaga baru untuk memperkuat usaha lokal.

“Output dari kegiatan ini adalah warga memiliki keterampilan membatik yang layak jual. Ke depan, usaha Bu Wati diharapkan bisa berkembang, baik dari sisi produksi maupun pemasaran, termasuk melalui katalog online,” jelas Lantip Dewabrata dari Fakultas Psikologi Unair.

Bu Wati sendiri berterima kasih atas dukungan yang diberikan. Ia menegaskan komitmennya untuk terus menularkan keterampilan batik, termasuk kepada generasi muda. “Saya ingin batik Sukosari makin dikenal. Kami juga sudah mulai distribusi ke dinas terkait dan sedang menyiapkan pemasaran online,” ujarnya.

Pelatihan ini bukan sekadar kegiatan rutin pengabdian masyarakat, melainkan upaya nyata menjaga identitas budaya sekaligus membuka jalan pemberdayaan ekonomi di desa rawan bencana. Di tangan para warga, batik cap dari Sukosari diharapkan tak hanya menjadi simbol kearifan lokal, tetapi juga sumber penghidupan yang berkelanjutan.

banner 336x280
Penulis: Syaiful Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Artikel terproteksi !!