Bangkalan, Delikjatim.com – Tim Penerima Bantuan Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha (P2MW) Universitas Trunojoyo Madura berhasil menemukan inovasi produk berupa Pupuk Organik Kulit Pisang (PUKSANG) yang berbahan kulit pisang, cocopeat, cangkang telur dan cuka.
Hal ini merupakan upaya dalam menanggulangi limbah rumah tangga berupa kulit pisang yang bisa menganggu penciuman dan lingkungan serta menjadi peluang pasar yang baik dalam berwirausaha.
Produk ini diciptakan oleh salah satu tim P2MW UTM yang diketuai oleh Farhan Zuhri beserta anggota-anggotanya yang terdiri dari Desta Maharensy, Mohammad Nofian Subandi, Sami’ati dan Nurhayati yang sama-sama berasal dari program studi Agribisnis. Tim ini didampingi oleh Dr. Mardiyah Hayati, SP., MP. sebagai dosen pembimbing.
Pisang adalah salah satu komoditas unggulan dan sangat familiar bagi masyarakat Indonesia. Berdasarkan Data Badan Pusat Statistika tahun 2021 menunjukkan bahwa produksi pisang di Indonesia mencapai 8,74 ton dan jumlah tersebut melampaui jumlah produksi dari buah lainnya.
Tentunya dengan produksi sebesar itu akan menyebabkan tingginya konsumsi pisang di masyarakat. Tingginya produksi dan konsumsi pisang akan menimbulkan limbah kulit pisang yang besar juga.
Limbah kulit pisang yang ada biasanya akan terbuang secara sia-sia atau jadi bahan pakan ternak yang secara ekonomis tidak termanfaatkan secara efisien.
Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dengan lahan yang luas dan beragam jenis tanaman yang dapat tumbuh di wilayahnya.
Salah satu tanaman di Indonesia adalah tanaman holtikultura termasuk di dalamnya tanaman hias yang memiliki nilai keindahan lebih dari tanaman lainnya.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik bahwa peminat tanaman hias (florikultura) tahun 2019 naik sebesar 6,1% dibanding tahun sebelumnya.
Di Indonesia sendiri, banyak masyarakat memiliki hobi mengoleksi tanaman hias yang digunakan sebagai dekorasi mempercantik ruangan di dalam rumah selain itu juga di budidayakan untuk dijual.
Jenis tanaman hias tertentu juga dapat memberi energi positif kepada pemiliknya, karena aktivitas positif dapat membuat hidup lebih produktif.
Kebanyakan Masyarakat hanya menggunakan pupuk kimia sebagai penambah unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman hias tetapi tidak mengetahui dampak panjang dari penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Sehingga dibutuhkan pupuk organik yang dapat mengimbangi penggunaan pupuk kimia untuk memperoleh hasil yang optimal.
“Melihat potensi sumber daya dan peluang yang ada, mendorong kami untuk berinovasi untuk menciptakan produk berupa PUKSANG ini. Hal ini merupakan upaya dalam menanggulangi limbah rumah tangga kulit pisang serta menjadi peluang pasar yang baik dalam berwirausaha,” ujar Farhan, Rabu (25/10).
Diketahui bahwa kulit pisang sendiri memiliki banyak kandungan zat dan manfaat bagi tanaman apabila di daur ulang menjadi pupuk organik, kulit pisang mengandung 42% kalium yang dapat memperkuat batang tanaman juga dapat melawan penyakit serta menyuburkan bunga dan buah- buahan pada tanaman. Pemberian cangkang telur dapat dijadikan pengganti kapur, karena kenaikan pH tanah aluvial.
Kalsium pada pupuk merupakan unsur makro selain nitrogen, fosfor, dan kalium, yang berfungsi untuk mendorong pembentukan dan pertumbuhan akar lebih dini, memperbaiki ketegaran tanaman, dan meningkatkan pH tanah.
Kemudian untuk menghasilkan kadar nitrogen tinggi yang berpengaruh baik dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan cuka dicampurkan dengan cangkang telur agar zat yang ada di dalam cangkang telur cepat keluar sehingga mudah bereaksi pada tanaman.
Sementara penggunaan cocopeat selain dapat digunakan sebagai media tanam juga dapat menjaga air dengan baik, akar tanaman tidak mudah kering dan dapat terhidrasi dengan baik.
Dengan demikian, pemanfaatan pupuk organik kulit pisang (PUKSANG) menjadi sebuah inovasi baru dimasyarakat.