20230111_185931
20230111_185931
Shadow
Berita  

Kesucian Sentra PKL Serambi Ampel Dipersoalkan Warga Sekitar

120x600
banner 468x60

Surabaya, Delikjatim.com – Rencana relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ke Serambi Ampel (lahannya Eks RPH Babi) menuai pro-kontra di tengah PKL itu sendiri dan masyarakat di sekitar Ampel.

Sejumlah PKL wadul ke DPRD Kota Surabaya dengan harapan relokasi ditunda sampai akhir bulan Ramadan karena para PKL berharap menuai ‘panen’ di bulan Ramadan.

Di tengah gonjang-ganjing relokasi PKL di kawasan Sunan Ampel ke Serambi Ampel, pendapat berbeda disampaikan Arifin Hamid salah satu Tokoh Muda di Kawasan Ampel. Dia mengaku enggan mengomentari gonjang-ganjing penolakan atau penundaan.

“Bagi saya bukan masalah relokasinya,” tutur Arifin ke media ini via telpon.

Hal yang harus dipersoalkan,. sambungnya, adalah masalah kesucian tempat relokasi, dimana lokasinya eks RPH Babi.

“Masalah kesucian tempat relokasi jangan dianggap enteng. Masyarakat di Kawasan Ampel dikenal sangat religius. Artinya, Pemkot Surabaya jangan gegabah memindahkan PKL ke lokasi yang tempatnya terindakasi najis mugholadoh,” ujarnya.

Dalam ajaran Islam, lanjutnya, untuk mensucikan najis mugholadoh tidak mudah, harus melalui beberapa tahapan sesuai ketentuan dalam ajaran Islam.

“Seperti kita ketahui, RPH Babi itu berdiri sejak jaman Belanda. Sudah puluhan bahkan ratusan tahun. Jadi, najis mugholadoh di lokasi tersebut sudah mendarah daging, ucapnya bernada serius.

“Bagaimana hukumnya, bekas RPH Babi tanpa ada treatment secara syar’i, tiba-tiba langsung dijadikan sentra PKL dan kuliner, bagaimana masalah najisnya, mengingat tempat najis yang dimaksud adalah najis mugholadoh,” paparnya.

Oleh karena itu, Arifin menyarankan, agar relokasi PKL ke Serambi Ampel harus ditunda, sebelum Pemkot Surabaya memastikan bahwa lokasi relokasi benar-benar steril dari najis mugholadoh.

“Menurut saya, seharusnya eks RPH Babi itu dibongkar total bukan renovasi, dengan harapan lokasi tersebut bebas dari najis mugholadoh,” ungkapnya.

“Seperti yang saya sebut diatas, Pemkot Surabaya yang dipimpin Eri Cahyadi terlalu terburu-buru,” imbuhnya.

Dia menambahkan, sampai saat ini, dirinya dan masyarakat lainnya masih menunggu respon Pemkot Surabaya atas masukannya. Jika tidak ada respon, maka dirinya dan masyarakat akan mendatangi NU dan MUI Kota Surabaya.

“Tujuan kami sederhana, yakni meminta NU dan MUI kota Surabaya mengkaji relokasi PKL ke tempat dimana lokasinya saya yakini tidak suci,” tandasnya.

banner 336x280
Editor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Artikel terproteksi !!