Kota Malang, Delikjatim.com – Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Provinsi Jawa Timur, melalui Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) yang mengangkat isu “FPRB Jatim Kuat Bermanfaat dan Bermartabat”, di Savana Hotel, Kota Malang. Jumat (26/4/2025) siang.
Rakor kali ini dihadiri dan dibuka langsung Kepala pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, yang juga selaku Dewan Pengarah FPRB Jatim, Gatot Soebroto. Serta diikuti oleh 100 peserta dari berbagai unsur, yaitu BPBD Provinsi Jatim, pengurus FPRB Jatim, perwakilan FPRB Kab dan Kota yg aktif, serta sejumlah unsur pentahelix.
Turut hadir pula sebagai narasumber, Dr Eko Teguh Paripurno dari unsur PSMB UPN Veteran Yogyakarta, dan FPTPRB, yang akan memaparkan materi “Peran Strategis Forum PRB dalam membangun sinergitas Pentahelix. Naibul Umam SPga MSi, Sekjend Plannas PB, materi “Peran Strategis Lembaga Usaha dalam memperkuat sinergitas Pentahelix. Sudarmanto SSos MMB, Sekjend FPRB dan Jangkar Kelud. Materi yang akan disampaikan “Mewujudkan Mimpi FPRB sebagai wadah Pentahelix yang Efektif.
Narasumber selanjutnya Ratna Ningsih SE MM, dari unsur Gapeksindo Provinsi Jawa Timur dan FPRB Provinsi Jatim. Materi tentang Fundraising sebagai Solusi Penguatan Pendanaan Lembaga Filantropi. Yoyok Wahyudi SPd MM, dari lembaga YAGANU Pasuruan, juga pengurus FPRB Provinsi Jatim, yang akan menjelaskan terkait Strategi Membangun Peran Serta Relawan dalam Sinergitas Pentahelix.
Jelang pembukaan rakor, Sekjend FPRB Jatim, Sudarmanto SSos MMB, memberikan arahan dan amunisi awal kepada para peserta rakor. Ia menyinggung perbedaan Forum PRB dengan forum tematik. Menurutnya, Forum PRB akan mewujudkan mimpi menjadi wadah Pentahelix yang Efektif, kuat, bermanfaat dan bermartabat.
“Forum PRB dapat disepadankan dengan rumah, sementara organisasi-organisasi lainnya (Pentahelix) adalah penghuni kamar rumah itu sendiri” ujar Sudarmanto, yang akrab disapa Mbah Dharmo.
Dengan pola khasnya, orang nomer satu di FPRB Jatim tersebut melanjutkan, pihaknya dalam konteks penanggulangan dan pengurangan risiko bencana tidak berfokus pada kalangan tertentu saja.
“Namun lebih dari itu, kami juga memperhatikan bagaimana upaya pengurangan risiko bencana ini menyentuh kalangan berkebutuhan khusus, difabel dan mereka yang termarjinalkan. Mereka juga punya hak yang sama untuk selamat” tegasnya (26/4) sore.
Sehingga menurutnya menjadi penting memahami cara berkomunikasi dengan mereka agar dapat menerima dan memahami apa yang hendak disampaikan.
Disela memanasnya semangat untuk menyampaikan arahan, momen itu harus diakhiri dulu guna menyambut hadirnya Kalaksa BPBD Provinsi Jatim beserta sejumlah stafnya.